Saturday, May 7, 2016

Kendhang Batangan Cara "NGAYOGYAKARTA HADININGRAT"

   Mungkin telah berlalu beberapa postingan/tulisan di blog ini berkaitan dengan pola kendhangan irama 1, irama II dan irama III. Namun saya sedikit lupa harusnya pada awal penulisan blog ini harusnya saya memberikan pengantar tentang pola tabuhan  permainan kendhang yang saya jadikan rujukan atas apa yang saya tulis, karena memang dalam khasanah karawitan, ada pola permainan yang berbeda antara gaya "Ngayogyakarta Hadingrat"  dan gaya "Surakarta Hadiningrat" maka dalam kesempatan kali ini saya menjelaskan bahwa bahwa notasi kendhang yang saya tulis di blog ini kebanyakan saya tulis berdasarkan pola kendhangan gaya "Ngayogyakarta hadiningrat".

   Dalam Tabuhan Karawitan Cara Ngayogyakarta Hadiningrat mengenai Kendhang (Taman Budaya Yogyakarta, 1992). Berdasarkan bentuk dan ukuranya, kendhang dibedakan menjadi empat jenis. Dari segi bentuk kesemuannya memiliki kesamaan atau kemiripan, tetapi ukuran masing-masing berbeda. Kendhang yang paling besar disebut Kendhang Bem atau Kendhang Gending atau Kendhang Gembyakan, kendang yang lebih kecil lagi disebut Kendhang Penunthung, sedangkan kedhang yang paling kecil disebut Kendhang Ketipung. Di dalam karawitan gaya Yogyakarta pada dasarnya terdapat kendhang baku, yaitu kendhangan dengan kendhang setunggal(satu), dan kendhangan dengan kendhang kali(2).
   
   Kendhangan dengan kendhangan kalih menggunakan dua instrument kendhang, yaitu kendhang ketipung dan kendhang bem (kendhang gending/ kendhang Ageng). Selain dua macam kendhangan tersebut, juga terdapat kendhang batangan atau gembyakan atau kadang biasa disebut mbatang/nggembyak. Kendhangan dengan kendhang batangan berpola pada gerak tari karena pada mulanya untuk mengiringi gerak tari, dan kemudian digunakan untuk uyon-uyon. Ada 15 pola dasar kendhangan dengan kendhang batangan atau gembyakan, polanya sebagai berikut:
  1. Buka
  2. Ater-ater
  3. Lamba
  4. Ngracik
  5. Mipil
  6. Pipilan
  7. Singgetan
  8. Seleh
  9. Kicat
  10. Trisik/kengser
  11. Pendhapan
  12. Nyabet
  13. Ngembat
  14. Rep/sirep
  15. Suwuk
(penjelasan 15 pola dasar akan dituliskan di halaman lain)

   Lalu yang paling mendasar dalam tabuhan kendhang yang harus diketahui yaitu suara kendhang batangan itu sendiri yang dihasilkan dari tabokan yang dilakukan pengendang. Suara kendhang batangan /atau gembyakan dapat menghasilkan bermacam-macam suara, suara itu dihasilkan  oleh suara tunggal dari masing-masing tebokan dan suara campuran yang dihasilkan oleh suara dua tebokan yang dipukul bersama atau hampir bersamaan. Suara yang dihasilkan dari tebokan kecil yang biasa disebut tebokan kempyang antara lain sebagai berikut:
  1. Suara TAK     : Suara TAK dihasilkan dari memukul pada  tebokan kecil atau tebokan kemoyang dengan posisijari rapat agak di tengah, tebokan dan tangan jari tidak dilepas dari tebokan kempyang.
  2. Suara TONG       : Suara TONG dihasilkan dari memukul pada tepi tebokan kempyang atau tebokan kecil dengan dua jari atau tiga jari atau tiga jari; dan setelah memukul, jari dilepas dari tebokan kempyang atau tebokan kecil.
  3. Suara LUNG/TUNG: Suara LUNG/TUNG dihasilkan dari memukul pada diantara tengah dan tepi tebokan kempyang atau tebokan kecil dengan satu jari; dan setelaj memukul, jari tidakdilepas dari tebokan kempyang atau tebokan kecil.
  4. Suara TOK     : Suara TOK dihasilkan dari memukul tepi tebokan kempyang atau tebokan kecil dengan satu jari atau dua jari dan setelah memukul, jari tidak dilepas dari tebokan kempyang atau tebokan kecil.
Suara yang dihasilkan dari tebokan besar yang biasa disebut tebokan BEM antara lain:
  1. Suara DHEN  : Suara DHEN dihasilkan dari memukul pada tebokan BEM atau tebokan besar dengan empat/lima jari rapat dengan daerah pukulan dari tepi sampai pada tengah tebokan BEM dan setelah memukul, jari atau tangan dilepas dari tebokan bem.
  2. Suara THUNG : Suara THUNG dihasilkan dari memukul pada tengah tebokan BEM dengan posisi jari rapat, terbuka cekung, suara thung dicari sampai jernih dan nyaring.
  3. Suara DHET   : Suara DHET dihasilkan dari memukul pada tepi sampai ke tengah tebokan BEM dengan empat/lima jari rapat, dan setelah memukul, jari dan tangan tidak dilepaskan dari tebokan BEM.
  4. Suara KET    : Suara KET dihasilkan dari meukul pada tebokan bem atau tebokan besar dengan posisi jari rapat pada tengah tebokan bem, tidak dicari suara yang nyaring, tetapi pukulan ditekan sehingga akan terdengar ket.
Suara yang dihasilkan dari dua tebokan (tebokan kempyang dan tebokan bem) antara lain yaitu:
  1. Suara NDANG  : Suara NDANG dihasilkan dari perpaduan suara DHEN dan suara TAK yang dipukul bersama-sama.
  2. Suara DLANG      : Suara DLANG dihasilkan dari perpaduan suara DHEN dan TAK yang dipukul secara hampir bersama dengan didahului suara DHEN dan diikuti dengan suara TAK.
  3. Suara THULUNG   : Suara THULUNG dihasilkan dari perpaduan suara THUNG dan suara LUNG yang dipukul secara bergantian, didahukui dengan suara THUNG kemudian diikuti oleh suara LUNG.
  4. Suaara KETAK       : Suara KETAK dihasilkan dari parpaduan suara KET dan suara TAK yang dipukul secara bergantian, didahului dengan suara KET kemudian diikuti suara TAK.
Suara-suara kendhang batangan/gembyakan tersebut adalah suara pola dasar yang dihasilkan oleh kendhang batangan/gembyakan, dan tentunya tidak hanya suara diatas yang telah disebut yang dihasilkan tetapi dapat juga menghasilkan suara lain, seperti suara SUT atau THUT, DLONG, TLANG atau TRANG, dan DONG. Suara-suara kendhang tersebut juga sering digunakan oleh para pengendhang untuk mengisi pola-pola kendhanganya yang lain di dalam sebuah gending pada khususnya dan karawitan pada umumnya agar lebih hidup dan bervariasi. Lima belas pola dasar suara kendhangan mbatang atau nggembyak itu dipakai sebagai PATHOKAN dasar suara kendhangan batangan/gembyakan dalam mengembangkan pola-pola dasar suara kendhangan.

Berikut ini adalah sebagian contoh penempatan 15 pola dasar suara kendhangan ?mbatang" pada ladrang irama I.

Buka: 2 1 2 1    .2.6.   .2.1.  .5.5.     .5.(5)
                                    Kendangan Buka

Ater-ater Ngegongaken Wetah

...2 ...1 ...2 ...6    ...2 ...1 ...6 ...5
...6 ...5 ...2 ...1    ...3 ...2 ...1 ...6
...2 ...3 ...2 ...1    ...6 ...5 ...2 ...1
...3 ...2 ...1 ...6    ...2 ...1 ...6 ...(5)  
   Kendhangan Ngegongaken Wetah

Ater-ater Ngegongaken Jugag

...2 ...1 ...2 ...6    ...2 ...1 ...6 ...5
...6 ...5 ...2 ...1    ...3 ...2 ...1 ...6
...2 ...3 ...2 ...1    ...6 ...5 ...2 ...1
...3 ...2 ...1 ...6    ...2 ...1 ...6 ...(5)  
         Ater-ater Ngegongaken Jugag


Suwuk:

...2 ...1 ...2 ...6    ...2 ...1 ...6 ...5
...6 ...5 ...2 ...1    ...3 ...2 ...1 ...6
...2 ...3 ...2 ...1    ...6 ...5 ...2 ...1
...3 ...2 ...1 ...6    ...2 ...1 ...6 ...(5)  
                         Suwuk:

Dan yang lainya seperti, LAMBA, NGRACIK, MIPIL, PIPILAN, SINGGETAN, SELEH, KICAT, PENDHAPAN, NYABET, TRISIK/KENGSER, NGEMBAT ASTA, DAN REP/SIREP, dipergunakan sebagai pola dasar gending ladrang irama I atau menurut gerak-gerik tari.

0 comments:

Post a Comment